Why Gavi?
Pada pertengahan Oktober tahun ini, FIFA melakukan penghargaan terhadap pemain serta tim terbaik dunia pada musim 2021–2022. Salah satu kategori penghargaannya adalah Kopa Trophy, penghargaan bagi pemain usia dibawah 21 tahun terbaik dunia.
Beberapa nama pemain bertalenta masuk ke dalam daftar nominasi peraih penghargaan tersebut, mulai dari Eduardo Camavinga (Real Madrid), Jude Bellingham (Borussia Dortmund), Jamal Musiala (Bayern Munich), dan beberapa nama lainnya. Pada tahun ini, penghargaan tersebut jatuh kepada Pablo Gavi, gelandang berusia 18 tahun dari Barcelona.
Saya pikir, keputusan dinobatkannya Gavi sebagai peraih Kopa Trophy adalah hal yang sedikit ganjil. Terdapat beberapa pemain lain yang saya rasa lebih layak meraih penghargaan tersebut. Terdapat beberapa poin argumen yang ingin saya tuturkan terkait mengapa Gavi tidak layak dinobatkan sebagai peraih Kopa Trophy 2021.
Kopa Trophy : Rumus dan Analisa
Rumus Penghargaan Kopa Trophy
Penghargaan Kopa Trophy tidak hanya berlatarbelakang pada popularitas nama pemain, klub, dan negara yang mereka bela saja. Indikator penghargaan pertama dalam penghargaan ini adalah performa pemain, gelar individu, dan gelar bersama tim yang dibela. Indikator kedua adalah talenta dan fair play pemain, dan terakhir adalah keseluruhan karier dari pemain.
Sebagai tambahan, penjurian terhadap peraih Kopa Trophy juga melibatkan penilaian dari pemain yang sebelumnya pernah meraih penghargaan Ballon d’Or. Sehingga, nama-nama seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi terlibat dalam keputusan pemenangan.
Analisa Empat Nominasi Tertinggi
Mengacu pada penilaian performa di musim 2021/22 pada lima nominasi di Whoscored, Gavi mengumpulkan sebanyak 24 penampilan, dengan 1554 menit bermain dan rata-rata nilai performa permainan sebesar 6,79. Selain itu, Camavinga mengumpulkan 25 penampilan dengan 751 menit bermain dan nilai performa permainan 6,44. Bellingham menunjukkan performa yang lebih unggul dengan 34 penampilan, 2222 menit bermain, dan nilai performa permainan 7,27. Terakhir, Musiala mengumpulkan 34 penampilan, 1408 menit bermain, dan nilai performa permainan 6,97.
Bedasarkan torehan trofi individu dan klub, Gavi mengunci runner up La Liga musim 2021–22, Camavinga bersama Real Madrid meraih juara La Liga serta Champions League. Musiala selama musim 2021–2022 berhasil memenangkan Bundesliga, DFL-Supercup, dan FIFA Club World Cup. Di sisi lain, Bellingham belum berhasil meraih penghargaan individu ataupun tim bersama Dortmund di musim tersebut.
Berbicara talenta dan fairplay pemain, hal tersebut akan menjadi bias untuk dianalisa antar pemain nominasi. Pasalnya, talenta pemain tidak bisa sekedar dinilai dari seberapa banyak posisi yang bisa dimainkan oleh masing-masing pemain atau teknik yang ditunjukkan pemain tersebut saja, kedalaman pemain terhadap posisi yang dimainkan serta kontribusi terhadap tim juga perlu dijadikan aspek penilaian yang dalam.
Kesimpulan
Berdasarkan statistik pemain, Gavi bukan pemain yang terunggul dari beberapa nominasi peraih penghargaan lainnya. Bellingham berdasarkan data ‘di atas kertas’ lebih layak untuk memenangkan penghargaan ini.
Saya juga menyimpan kecurigaan, karena faktor penentu penghargaan ini juga dilibatkan oleh penilaian pemenang Ballon d’Or terdahulu. Perlu dicatat, bahwa pemenang penghargaan FIFA pada tahun ini di dominasi oleh rivalitas el clasico (sebutan dari perseteruan antara Real Madrid dan Barcelona), seperti Karim Benzema (Ballon d’OR), Robert Lewandowski (Gerd Muller Trophy), Thibaut Courtois (Yacine Trophy), dan Alexia Putellas (Pesepakbola Wanita Terbaik).
Lantas, apakah Penobatan Kopa Trophy terhadap Gavi merupakan kemenangan yang politis? Well, we will never know.